Another hectic weekend in Bandung and a book
Jul 9th, 2007 by sambaldadakan
Beberapa hari yang lalu saya menerima sebuah undangan via bulletin friendster dari teman saya. Setelah saya buka ternyata undangan tersebut berasal dari teman saya yang sudah lama sekali tidak bertemu. Hari sabtu kemarin, dia mengajak saya untuk datang ke Paris Van Java, Bandung untuk menghadiri talk show novel fiksinya yang baru saja launching beberapa bulan sebelumnya. Yah tentu sebagai teman baik saya memenuhi undangan tersebut walau harus melewati kemacetan parah kota Bandung di waktu weekend. Kalo diingat-ingat lagi, macetnya edan oge euy! Mengingat liburan sekolah sedang berlangsung jadi wajar saja orang-orang yang dari daerah menyempatkan diri untuk berbelanja atau sekedar bermain ke bandung. Saya ingat hari itu sedang panas-panasnya dan jalan sedang mengalami kemacetan luar biasa diperparah dengan ganasnya mobil-mobil berplat ’B’ yang dengan kejamnya tidak memberikan jalan sekalipun itu seekor cicak. Maklum berkendaraan di Jakarta, jarak satu mobil dengan mobil lainnya ketika sedang macet parah biasanya jauh di ambang batas tata krama kemacetan. Jangankan satu jengkal, satu milimeter pun dilabrak aja tanpa peduli pengendara lain ada di sebelahnya untuk meminta jalan. Bisa dibayangkan jika mobil itu dilengkapi dengan fasilitas sensor jarak, tidak henti-hentinya sensor itu berbunyi tanpa direspon oleh pengemudinya (”Aing teu diwaro kieu euy!” Ceunah). Parahnya mereka membawa kebiasaan itu ke kota Bandung yang jalannya tidak selebar jalan-jalan di kota Jakarta dan hebatnya mereka masih mengeluh kondisi jalanan kota Bandung yang selalu macet setiap kali mereka datang ke sini!Padahal biang kemacetan itu mereka sendiri!! SI GELO BUDUG! BARALIKLAH!! MINUH-MINUHAN BANDUNG WAE!!!
Loh koq keluar dari konteks yah? Sampai mana tadi? Ah ya! Akhirnya sampai juga ane di PVJ yang terkenal dengan tempat-tempat nongkrongnya yang cozy. Saya mempercepat langkah menuju toko buku Gramedia dimana acara talk show sedang berlangsung dan ketika sampai di sana, beruntung acara sedang berlangsung dengan bincang-bincang dengan sang pengarang novel tersebut. Sang pengarang men-spot saya yang dengan gaya absurd saya sedang bersandar di tiang pondasi bangunan PVJ (ngapain coba?) dan mengajak saya untuk berdiskusi mengenai keseluruhan cerita novel ini. Kebetulan saya sudah membacanya ketika pulang dari Australia.
Novel ini berjudul ”Joker; ada lelucon di setiap Duka” karangan Valiant Budi yang tidak lain dan tidak bukan adalah teman saya ketika di SMA Taruna Bakti, Bandung. Sebenarnya sih kaget juga doi bisa bikin novel secara dulu pas SMA nih anak kerjaannya cuman tidur melulu di kelas terutama pada saat pelajaran Fisika Mr. Saepultura sedang berlangsung.Hehehe…becanda Bud!
Sebagai seorang yang memiliki hobi membaca, novel ini ceritanya sederhana dan ringan. Cocok sekali bagi orang seperti saya yang sudah bosan dan mumet dengan bacaan-bacaan politik. Beberapa kejadiannya mungkin benar-benar terinspirasi dan dialami oleh si pengarang sendiri ketika masih menjadi penyiar di Hard Rock fm Bandung. Yang membuat menarik adalah ada beberapa plot yang dapat membuat pembaca mencabangkan arah jalan ceritanya. Seperti sebuah puzzle, membaca novel ini seperti menyusun puzzle demi puzzle tersebut dan pada akhirnya, seolah penulis dengan sengaja mengajak pembaca menemukan sendiri potongan puzzle yang terakhir yang menentukan ending cerita ini. Dimulai dari sebuah kecelakaan maut di tol Pasteur yang merenggut nyawa sepasang kekasih, kemunculan dua individu Brama dan Alia yang sedang interview di sebuah radio terkemuka di Bandung, kisah percintaan keduanya yang cenderung saling bertolak belakang, dan perjalanan hidup keduanya yang kocak sekaligus penuh warna. Memang sekilas bagi orang-orang yang berpikiran dangkal dan hanya men-judge buku ini dari segi judul, novel ini tampak memiliki jalan cerita yang standar. Terus terang saya pun pernah berpikir demikian. Namun setelah lembar demi lembar saya buka, tanpa sadar seolah-olah saya sedang meneliti tokoh ’Joker’ dalam sebuah kartu remi. Sebagai seorang mahasiswa yang suka bermain kartu di waktu senggang, kartu bergambar ’Joker’ ini biasanya tidak berperan banyak di kebanyakan permainan kartu. Terlepas dari arti ’Joker’ yang sesungguhnya dari pencipta kartu remi, ternyata tokoh ini tidak sepenuhnya melucu atau tertawa. Selalu ada sisi mengejutkan dan unpredictable darinya ketimbang perannya yang selalu disisihkan dari sebuah permainan kartu. Sihoreng teh, ternyata dia bukan ’Cacing Cau’ semata. Dan yang paling penting adalah ending ceritanya yang fantastis yang saya yakini bahkan orang sekritis apa pun belum tentu dapat menebak akhir cerita ini. Jadi memang mau tidak mau, untuk menemukan arti holistik dari keseluruhan cerita ini, pembaca harus membaca literally dari awal hingga akhir halaman buku ini. Tapi memang tidak etis untuk membicarakan cerita novel ini di forum bebas ini, ntar yang belum pada baca kecewa deh endingnya saya ceritain dan mencap saya sebagai spoiler. Hehehe…
Nah!bukannya saya promosi sih cuman kalo ada yang berminat membaca, ga usah terlalu banyak mikir, i reckon it’s a worth-reading novel koq.
eh si aping udah ngeblog. selamat!
bai de wei, kalo bikin paragraf jangan tebel2, dong. biar enak dibaca, gituh..
Hmmm makin banyak yah penulis-penulis mudah baru. Baguslahhhh